Warga Riau Ganti Bahan Bakar kompor Minyak Tanah Dengan Solar



























Riau , (14/9) Gak ada minyak tanah solar pun jadi , itulah pepatah trend terbaru di riau. setelah kelangkaan minyak tanah sebagian penduduk riau beralih ke solar sebagai bahan baku minyak tanah. karena tinggi nya harga minyak tanah tak membuat ibu2 di Duri , pekanbaru dan dumai kehabisan akal.

padahal riau adalah kota penghasil minyak terbsar no 2 di asia tenggara bisa membuat warganya kesulitan begini .Masyarakat seolah dipaksa menggunakan tabung gas elpiji, dengan harga minyak tanah yang melambung tinggi. Di eceran, harga minyak tanah sampai Rp 15 ribu. Harapan agar warga beralih ke gas ternyata tak sepenuhnya terwujud. Yanti (27), ibu dua anak ini memilih tetap menggunakan kompor minyak. Bedanya, kini bahan bakar yang digunakan solar.
“Waktu diputus, saya beli minyak tanah Rp 50 ribu. Tepat seminggu minyak habis, dikasih tahu tetangga pakai solar bisa. Asal sumbunya diganti,” kata istri dari Komarudin (32), kemarin (13/11).

Dia yang tinggal di Jalan hang tuah duri - riau .belum siap menggunakan minyak tanah. Rumahnya yang berada di kawasan padat penduduk, semi permanen dan berbentuk bedeng membuatnya berpikir dua kali menggunakan kompor gas 3 kg pemberian pemerintah. Gasnya dijual Rp 15 ribu.
“Gasnya saja yang dijual, tabungnya tetap milik saya. Karena katanya tidak boleh dijual. Takut nanti ada pengecekan. Kalau kompornya masih ada, tapi ngeri juga mau makainya. Kayaknya dak bagus,” katanya, polos.
Rasa was-was inilah yang membuat Yanti mencoba saran tetangganya, mengganti minyak tanah dengan solar. Dia mengatakan, tetangganya tahu kalau solar bisa dipakai dari tukang tekwan.
“Jadi ada tukang tekwan yang bilang pakai solar bisa, tapi sumbunya diganti sumbu solar. Di pasar ada jualnya. Saya pun coba dan benar. Apinya sama saja dengan minyak tanah. Biru juga. Tapi bagusnya, sebelum dimasukkan ke kompor, solar dicampur dengan sedikit detergen atau kapur barus yang ditumbuk. Biar warnanya agak jernih,” kata Yanti.
Yanti pun segera menunjukkan sisa sumbu kompor solar yang tidak terpakai. Jika dilihat memang sumbunya sedikit beda yang dengan sumbu minyak tanah. Sumbu solar lebih tipis dan tidak padat. Katanya, jika pakai sumbu minyak tanah, apinya tidak bagus dan sumbunya cepat habis.
Sumbu tersebut dibelinya seharga Rp 35 ribu dua bundel. Satu bundel berisi sepuluh sumbu. Di beberapa warung sekitar rumahnya sudah banyak yang menjual sumbu solar. Katanya, jika langsung beli di Pasar Angsoduo, harganya bisa lebih murah sampai Rp 5ribu per bundel.
Untuk lebih meyakinkan, Yanti mengajak ke dapurnya untuk memperlihatkan kompor solarnya. Sama seperti kompor minyak tanah biasa, Yanti kelihatan tidak takut kala mengisi kompornya dengan solar dan menghidupkannya. Sekitar 30 detik, api kompor tersebut sudah membiru. Birunya seperti kompor minyak tanah.
“Apinya sama saja, tidak ada yang berubah. Malah kompor ini lebih hemat. Sudah seminggu saya pakai minyak lima liter yang saya beli belum habis-habis. Masih sisa sekitar 2 liter lagi,” katanya. Kini, sudah banyak tetangga Yanti yang tahu solar dapat menggantikan minyak tanah. Beberapa di antaranya sudah ada yang mau beralih ke solar.
Warung sebelah rumah ibu dari dari Rido (8) dan Dinda (3) ini pun sudah ada yang jual solar eceran. Harganya sekitar Rp 5-6 ribu. Jika membeli di SPBU juga bisa. Hanya saja jumlahnya terbatas. “Tidak boleh banyak beli di SPBU. Paling bisa beli 20 liter, kalau mau beli lagi yah sorenya baru bisa beli lagi,” katanya. (*)
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: